Destroy the heart cry of your weak side pieces. There is no life without a dream. There was no dream without hope. There was no hope without fantasy. Nothing fancy, without life. Grain of emotions destroy thousand of dreams. And when the sky fell and second's freezing. The rainbow prayer just be A Cup of Memory.
May 7, 2010
Renungan Tanggal 2 May
“Selamat Hari Pendidikan !!!”
(Telat bgt ya ?) haha,..
Setiap tanggal 2 May kita selalu merayakan Hari Pendidikan. Walaupun perayaan ini tak semeriah perayaan Valentine Day atau Tahun baruan.
Memang pertamanya gw juga gak terlalu excited dan terlalu ambitious sama Hari Pendidikan ini. Tapi entah mengapa setelah melihat realita yang terjadi di Negara Indonesia kita ini, gw baru sadar bahwa Hari ini bukan hanya hari kebangkitan pendidikan kita tetapi juga hari pertanda sebagai tamparan buat kita sendiri.
Mengapa gw bilang hari ini sebagai tamparan buat kita ?
Jelas saja bahwa pendidikan Negara kita belumlah merata, gw pribadi bisa memaklumi itu, karena wilayah kita yang super luas dari Sabang sampai Merauke. Tapi apa yang gw lihat malah terbalik dari apa yang gw fikir selama ini. Bukan hanya di wilayah pedalaman dan wilayah Timur Indonesia, tetapi di wilayah perkotaan bahkan di pusat Negara kita sendiri gw melihat ketidakmerataan itu sendiri !!!
Bisa gw lihat banyak sekolahan megah berdiri di tengah kota dengan fasilitas yang super complete, tetapi tak sedikit pula sekolahan di wilayah yang sama, yang menurut gw tidak layak sebagai tempat menimba ilmu. Bandingkan dinding-dinding pembatas ruangan ini dengan triplek-triplek pembatas kelas yang berlubang di sana-sini nya yang bahkan suara dari kelas sebelah pun bisa terdengar dengan sangat jelas. Sehingga gw pun bertanya,
“Mengapa sesama sekolah Negeri di wilayah yang sama tetapi memiliki ketimpangan yang sangat jauh bebrbeda ?”
Lihatlah murid-murid dengan semangat belajar yang tinggi harus menggeser meja dan kursinya saat hujan turun, mengorbankan buku pelajarnnya sebagai peneduh dari rembesan hujan, dan mengorbankan sepatu-sepatu lusuhnya untuk terendam di genangan banjir.
Bagaimana bisa mereka mendapatkan haknya dengan baik ?
Bukankah mereka-mereka juga calon penerus bangsa ini ?
Bukankah mereka yang meneruskan teriakkan merdeka bangsa ini ?
Tetapi mengapa mereka tidak diberikan kesempatan yang layak ?
Mengapa cita-cita mereka untuk menjadi dokter, menjadi Pilot ataupun Presiden harus pudar hanya karena NASIB mereka yang tidak mujur ?
Apakah itu memang NASIB ?
Gw merasa bersyukur, karena gw lahir dan hidup di keluaraga yang serba berkecukupan ini, bayangin aja perbedaan keluaraga yang ngelahirin kita dapat membuat perbedaan yang sangat besar. Gak kebayang apabila gw tumbuh di dalam keluarga yang serba kekurangan dan lingkungan yang tidak baik pula, pasti gw tidak akan punya semangat belajar seperti saat ini.
Dan satu hal lagi yang menjadi fikiran yang selalu berputar di benak gw, “Guru”. Guru-guru yang dengan kesabaran nya mengabdi hanya untuk membagikan ilmunya barang sedikit saja kepada penerus bangsa ini. Pikirin betapa besarnya jasa mereka untuk kita, detik demi detik sangat berharga saat ia menerangkan pelajaran, kata demi katanya bagai berlian yang sangat disayangkan bila terlewati. Dan semua tahu, gak bakalan ada yang dapat membalas pengabdian mereka.
Tetapi Indonesia adalah Indonesia, seorang guru saja yang gw kenal, Pak Mahmud, seorang guru Matematika dan sekaligus seorang Kepala Sekolah disebuah sekolah menenga pertama negeri. Walaupun sudah mengajar dari tahun 1971 hingga saat ini, mengapa statusnya masih Honorer ? Bahkan gajinya tak mencukupi untuk membiayai pendidikan ketiga anaknya, sampai-sampai ia pun kini MEMULUNG hanya untuk menambah penghasilannya agar asap dapurnya tetap dapat terus mengepul. Pak Mahmud hanyalah satu dari sekian banyak Guru yang bernasib sama sepertinya.
Gw ngerti mengapa Pak Mahmud dan ribuan guru lainnya tidak merasa malu saat harus memulung ataupun mengajar dengan sarana dan prasarana yang kekurangan. Karena yang sepatutnya malu adalah para petinggi-petinggi Bangsa ini !!!
Mengapa mereka harus malu saat mengabdi, sedangkan para petinggi bangsa yang korupsi sekalipun tak merasa malu ? Kenapa suatu pihak yang berwajib menyalahkan pihak lainnya, dan pihak lainnya menyalhkan pihak lainnya, saat kewjiban mereka dipertanyakan ? Mengapa Pemerintah pusat menyalhakan otonomi Pemerintah daerah, dan Pemerintah daerah menyalahkan pihak lainnya perihal kelalaian mereka ?
Inilah satu lagi potret kelam Bangasa Indonesia, ditengah era globalisasi yang penuh teknologi ini, masih saja ada lubang-lubang yang baru terkuak saat semua sudah terlambat. Gw bukan petinggi Negara ini yang mungkin juga tidak bisa menyelesaikan masalah ini. Tapi anda-anda para petinggi Negara, bukankah anda-anda sekalian telah menyatakan sumpah janji demi Negara ini ?
Janganlah lagi membuat pertiwi menangis hanya karena KETAMAKAN kita, jangan lagi salahkan nasib mereka yang sudah ada, Gw tidak berhak untuk menyatakan siapa yang salah dan apa yang harus disalahakan, Instropeksi diri sendiri, kesalahan ada pada diri masing-masing. Melalui hari ini, gw berharap tulisan ini dapat menumbuhkan semangat baru dalam dunia pendidikan kita.
(Amien),..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
My Profil
- Ridho Aguinaldo Pratama
- I'am an ordinary person between an ordinary people who wants to share extraordinary dreams. And you'll never regret to know me.
No comments:
Post a Comment